Skip to main content

Indahnya Cinta

Seorang gadis di siang hari tersenyum lebar dan seakan mulutnya tak bisa kembali normal lagi, sudah hampir satu jam lamanya gadis itu duduk disitu dengan senyuman lebar dimukanya. Sungguh manusia sangatlah aneh. Ketika bahagia tersenyum lebar tiada henti dan ketika sedih menangis tiada tara. Aku dari sudut sini melihat gadis itu tersenyum lebar dan tiba-tiba akupun tertawa geli melihat gadis itu. Setelah sekian waktu berlalu datanglah seorang pemuda yang datang menghampiri gadis itu. Dan saat ini aku tau dari mana sumber senyum itu muncul. Iya … benar … pemuda itu adalah kekasih dari gadis manis yang tersenyum lebar itu. Rupanya gadis itu sedang jatuh cinta. Cinta yang tulus dan suci dari seorang gadis manis untuk pemuda yang beruntung itu. Dari kejauhan aku melihat bunga-bunga cinta sedang bermekaran diantara keduanya. Tiada henti-hentinya mereka tersenyum sambil tersipu malu. Saking bahagianya sampai-sampai mereka lupa kalau mereka sedang di sudut taman kota. Benar apa kata ora...

ke-Ambigu-an ( Part 1 )

Bagaimana semua orang tidak bingung pagi itu?  Melihat seseorang yang selalu tertawa bahagia di setiap harinya mendadak menjadi murung dan irit berbicara. Seseorang itu ialah Lenka. Gadis yang selalu menunjukkan dirinya baik-baik saja. Tawa dan senyum tak pernah hilang di mata teman-temannya saat bersama Lenka. Apa yang terjadi padanya?

Lenka. Siswi tingkat menengah keatas di sebuah SMA terkenal di kotanya. Ia tidak terlalu cantik, memiliki postur tubuh yang tinggi, dan terlihat tomboy. Lenka memiliki banyak teman, tapi hanya sedikit yang menjadi teman dekatnya. Kenapa? Sudah bisa dipastikan itu karena Lenka susah dekat dan bergaul dengan teman-temannya. Padahal kalau sudah dekat, ia akan selalu membuat temannya tertawa dengan tingkah lakunya yang konyol! Temannya suka berada didekatnya karena kelucuannya yang selalu ada saja. “Bukankah semua orang butuh hiburan dikesehariannya agar tidak jenuh?” Mungkin itu yang selalu ada dipikiran Lenka.

Berbicara tentang temannya, Lenka mempunyai teman yang spesial bagi dirinya. Ia adalah Wolke. Mereka berteman sudah cukup lama. Lenka tidak pernah menyangka kalau mereka bisa jadi sedekat ini. Mereka bertemu pertama kali disebuah event besar. Saat itu Wolke menjadi panitia di acara tersebut sedangkan Lenka menjadi pengunjung. Selain untuk menghadiri acara tersebut, Lenka memang berencana untuk menemui teman-temannya yang juga menjadi panitia dalam acara tersebut. Setibanya disana, ia justru diminta salah satu temannya untuk membantu pekerjaannya. Lenka membantu temannya untuk memindahkan barang-barang dari ruangan satu ke ruangan lainnya. Awalnya Wolke tidak terlalu memerhatikan Lenka tapi ia sudah tahu ada Lenka disekitarnya. Lama-kelamaan, secara tidak sadar, Wolke terus memerhatikan Lenka. Ia sadar jika Lenka mulai kelelahan kemudian ia datang untuk membantunya.

“Kamu ngapain?” Tanya Lenka

“Aku bantuin kamu gini,”jawabnya

“Udah gausah, aku bisa kok sendiri,”

“Beneran?”

“Iya,” setelah mendengar jawaban itu, Wolke pun pergi. Lenka sadar ia belum berterima kasih kepada Wolke yang telah membantunya memindahkan beberapa barang. Selain itu, ia juga tersadar kalo ia belum berkenalan dengan Wolke. Setelah selesai memindahkan semua barang, ia beristirahat sambil ngobrol dengan temannya.

“Rin, itu tadi siapa sih?” Tanya Lenka sambil meneguk segelas es teh.

“Tadi? Tadi yang mana deh?”

“Itu lho yang orangnya wajahnya tanpa ekspresi,”

“Apa sih? Aneh-aneh aja jelasin orangnya, mana ada yang tanpa ekspresi, setan aja punya. Yang itu bukan orangnya?” Tanya Sarin sambil menunjuk salah satu orang yang berdiri di antara kerumunan orang banyak.

“Nah! Iya itu orangnya. Tapi bisa nggak gausah nunjuk-nunjuk? Nanti dikira ada apa-apa.”

“Kenapa? Naksir ya sama dia? Nih kukasih tau, dia namanya Wolke. Aku kirim kontaknya dia juga nih sekarang,” kata Sarin sambil membuka ponselnya.

“Ih apaan? Mana ada naksir, cuman mau bilang makasih aja,” jawab Lenka sedikit kesal melihat Sarin yang cekikikan.

“Ya siapa tau aja,, kan kita ga ada yang tau perasaan orang kedepannya gimana,” kemudian Sarin bangkit berdiri dan pergi. Bagaimana dengan Lenka yang ditinggal sendiri oleh temannya? Dia memutuskan untuk pulang karena bagi Lenka sendiri ia tidak terlalu suka dengan keramaian.

Setibanya di rumah, Lenka langsung mandi lalu beristirahat. Sama seperti kebiasaan remaja seusianya, ia memainkan ponselnya untuk berselancar di media sosial. Tiba-tiba ia teringat akan Wolke. Ia segera membuka pesan yang dikirim Sarin. Benar! Pesannya berisi kontak Wolke. Setelah berpikir akan mengetik pesan seperti apa kepada Wolke, ia mengirimkannya.

Kepada : Wolke

Dari : Lenka

“Halo! Aku Lenka, cewek yang tadi kamu bantuin mindahin barang. Aku mau bilang makasih buat yang tadi dan maaf karena tadi aku lupa bilang.”

Segera setelah Lenka mengirimkan pesan tersebut, Wolke membalasnya.

Kepada :Lenka

Dari : Wolke

“Halo. Namaku Wolke. Iya gapapa,terimakasih kembali.”

Pesan singkat itulah awal dari kedekatan Lenka dan Wolke. Mereka menjadi sering berkirim pesan. Selain itu, mereka juga jadi sering bertemu di sekolah. Walaupun mereka beda kelas, bukan berarti mereka tidak bisa berteman baik. Letak kelas mereka jauh, dari ujung ke ujung. Tetapi, entah mengapa mereka selalu saja bisa bertemu. Entah bertemu di koridor sekolah, kantin, bahkan parkiran sekolah.

Lenka dan Wolke mempunyai tempat favorite yang sama di sekolah yaitu perpustakaan. Entah apa yang membuat Wolke suka dengan perpustakaan, tapi bagi Lenka perpustakaan adalah tempat yang dingin dengan internet banter dan tentu saja memiliki banyak buku. Siapa sangka perpustakaan menjadi tempat dimana yang dekat menjadi tambah dekat?

Tidak ada yang tau sejak kapan hal ini terjadi. Lenka yang selama ini berjanji tidak akan menyukai teman satu sekolahnya tiba-tiba berubah pikiran. Sejak ia dekat dengan Wolke, ia menyadari sesuatu yang berbeda. Lenka sendiri bukan gadis yang memiliki banyak teman dekat perempuan, justru ia lebih banyak memiliki teman dekat lawan jenis. Bagi Lenka, berteman dengan lawan jenis lebih terasa nyaman dan seru. Tidak penuh dengan drama.

Kejadian beberapa tahun yang lalu membuat Lenka enggan menaruh perasaannya kepada teman dekat laki-lakinya lagi. Ia harus kehilangan salah satu teman dekatnya akibat rasa suka temannya yang tidak ia terima. Ia sudah tahu, perasaan bisa merusak sesuatu yang telah ada. Tapi kali ini, ia tidak bisa menghentikan perasaannya. Perasaan muncul begitu saja di hati Lenka. Lenka menyadari perasaannya tetapi ia memutuskan untuk diam. Meskipu begitu, ia tidak bisa menyembunyikannya dari kedua sahabat Lenka. Yhera dan Sirius.

Pagi itu Lenka datang dengan wajah yang sumringah. Hal ini menarik perhatian Yhera dan Sirius.

“Wah! Ada apa nih pagi-pagi begini udah seneng aja,” kata Yhera sembari berjalan mendekati Lenka.

“Ada apa ya, biasanya kan juga gini,” jawab Lenka.

“Tidak, hari ini kamu terlihat berbeda.”

“Apa? Terlihat tambah cantik ya? Iya aku sudah tau, terimakasih.”

Tiba-tiba ponsel Lenka berdering. Ternyata, itu adalah pesan dari Wolke. Senyum Lenka yang sudah lebar tambah melebar melihat pesan tersebut. Bisa terlihat semua gigi Lenka jika ia tidak segera mengontrol senyumnya. Sirius yang sedari tadi hanya berdiam diri memerhatikan Lenka tiba-tiba berbicara,”Kau sedang jatuh cinta ya?” Pipi Lenka langsung memerah mendengar hal itu.

“Tidak. Memang aku bisa jatuh cinta seperti yang kau katakan barusan?” Lenka berusaha mengelak.

“Sudahlah, aku sudah tau, tidak usah kau tutupi lagi. Tidak ada orang yang melihat pesan dari ponselnya kemudian senyum-senyum dengan pipinya yang memerah! Ketahuan sudah,”

“Bisa saja memang berisi pesan yang membahagiakan,”

“Aku sudah mengenalmu lama. Wajahmu itu terkesan flat dibandingkan dengan orang normal saat menerima pesan yang isinya membuatmu bahagia. Sudahlah, wajahmu itu memang jarang menunjukkan ekspresi yang sebenarnya, yang kutau hanya tersenyum, tertawa dan sesekali marah. Bahkan kadang saat marahpun kau tetap tersenyum, apa-apaan itu? Kali ini kau tidak bisa menyembunyikan lagi, kau sedang jatuh cinta!” Lenka yang mendengar ucapan Sirius hanya mampu diam.

“Kau jatuh cinta pada siapa?” Tanya Yhera tanpa basa-basi.

“Siapa ya? Kalau kuberi tahupun kalian pasti akan balik bertanya padaku ‘siapa itu?’ jadi lebih baik aku tidak usah memberi tahu kalian kan?”

“Hei! Ini pasti Wolke, orang yang akhir-akhir ini selalu kau ceritakan. Aku jadi penasaran seperti apa Wolke itu. Dan ya benar, sampai sekarang aku ingin bertanya ‘siapa itu?’ padahal sepertinya dari cerita yang kudengar darimu kalian sudah cukup sering bertemu. Bagaimana bisa aku tetap tidak mengetahuinya ya?” jawab Sirius.

“Oh, Wolke. Kau pikir hanya kau saja yang tahu, Len? Tebakanmu barusan itu sangat tidak tepat bagiku. Jadi selama ini kau menyimpan rasa padanya? Sudah kau ungkapkan?” tanya Yhera lagi kepada Lenka.

“Jangan bodoh.” Itulah yang terakhir Lenka katakan. Setelah itu, bel sekolah berbunyi dan mereka memulai pelajaran mereka.



-KQ


Comments

Post a Comment

Beri kami kesan dan pesan di sini!
Kritik dan saran juga sangat kami perlukan!
Jangan lupa untuk tinggalkan komen ya.

Popular posts from this blog

Purnama

Disaat   bulan kembali purnama, saat itu juga mengingatkanku kepada senyumanmu. Masih belum hilang dari ingatanku betapa manis dan indahnya . Dibawah bulan purnama wajahmu makin bersinar, makin rupawan. Bahagiaku saat di teras rumah, aku duduk di sampingmu. Aku sandarkan kepalaku ke bahumu, meninggalkan semua resah dan gelisah tentang problema dalam hidupku. Aku tak ingin purnama ini berlalu. Setiap bulan purnama aku selalu bahagia. Disaat bulan purnama aku merasa bak berada di surga. Sehingga aku lupa bahwa di sini aku terdiam sunyi di bawah purnama ini. Jika dalam purnama tersimpan bahagia, aku ingin setiap hariku dihampirinya. Dan saat ini sedih datang, karena aku rindu purnama yang tak jua muncul di hadapanku. Mengapa mendung datang saat ini? Mengapa Tuhan tidak menyingkirkan mendung ini? Aku menunggu purnama berhari-hari tapi hilang dalam hitungan jam. Ini adalah kali ketiga purnama tak muncul. Ini adalah kali ketiga aku tak melihat wajah rupawanmu. Sungguh hancur...

Benci dan Cinta

Jangan pernah   membenci seorang lelaki jika kamu tidak   siap untuk jatuh cinta. Sepertinya ada yang aneh dari kalimat tersebut? Bagaimana mungkin membenci bisa jadi jatuh cinta? Ketika kamu membenci seseorang dengan segenap hatimu, maka itu hampir sama dengan kamu mencintai dia dengan segenap hatimu. Saat kamu membenci orang itu maka kamu akan kepo terhadap segala hal yang dia lalukan. Kamu benci dia berhasil. Kamu benci dia bisa sukses. Kamu benci dia punya pacar yang cantik. Dan kamu akan benci semua hal tentang dia. Taukah kamu … saat kamu membenci dia dan memperhatikan setiap gerak - geriknya , itu sama dengan kamu memupuk perasaanmu kepada dia. Awalnya kamu senang ketika dia gagal kamu akan merasa kalau kamu orang yang lebih hebat dari pada dia. Kalau dia berhasil maka kamu akan jengkel dan mencari cara supaya kamu bisa melebihi dia. Sampai di titik ini dalam keseharianmu hanya akan terpusat kepada dia. Tentang apa yang dia lalukan dan apa yang dia pikirkan. Saat...